Jejak yang Hilang di Langit Merah by Alhaya Danyah Putri Ilham

Jejak yang Hilang di Langit Merah
Di suatu kota kecil di pinggiran Jawa, ada dua pemuda yang tampaknya hidup dalam dunia yang sangat berbeda. Ashara Kanaswari Adwita (Ashwa) seorang gadis yang pendiam dan penuh perhitungan, selalu tenggelam dalam karya seni dan buku-buku klasik yang tak pernah bosan ia baca. Sementara itu, Radhikana Thalios Meridion (Ion) lelaki berjiwa petualang dan penuh energi, dikenal karena prestasinya yang gemilang di bidang olahraga, khususnya dalam sepak bola. Ashwa adalah sosok yang terperangkap dalam diam, Ion adalah suara yang menggema di setiap lapangan.
Ashwa bukan tipe orang yang suka menonjol. Dia merasa nyaman di ruang sunyi yang dipenuhi cat dan kanvas, menciptakan karya yang tak pernah bisa dipahami orang lain. Ion, di sisi lain, selalu dikelilingi teman-teman dan sorakan saat bermain bola. Tetapi meskipun begitu, ada satu hal yang tak mereka sadari, mereka berdua sangat membutuhkan sesuatu yang lebih, sesuatu yang bisa menyatukan dunia mereka yang terpisah.
Suatu sore yang cerah, ketika matahari menyembulkan cahayanya yang temaram, Ashwa berjalan pulang lewat lapangan tempat Ion sedang berlatih sepak bola. Tanpa sengaja, bola sepak yang dipantulkan Ion meluncur cepat ke arah Ashwa dan jatuh tepat di kakinya.
Ion berlari menghampirinya dengan senyum lebar. “Maaf, Ashwa! Bola ini biasanya memang suka kabur ke arah yang tidak jelas,” ujarnya, berusaha bercanda.
Ashwa hanya mengangkat bola itu, matanya sejenak bertemu dengan mata Ion yang penuh semangat. “Tidak apa-apa. Bola sepak memang selalu punya tujuan sendiri, ya?” jawab Ashwa dengan suara pelan.
Ion tertawa, “Betul! Tapi tujuan itu bukan untuk membuatmu terjatuh,” candanya.
Ashwa hanya tersenyum kecil. “Aku tidak suka olahraga,” katanya, meski ada perasaan yang aneh, seperti doronga untuk mencoba sesuatu yang berbeda.
“Yuk coba! Kamu pasti bisa kok. Kadang kita butuh sesuatu yang berbeda untuk membuka jalan baru,” bujuk Ion.
Dengan ragu, Ashwa memutuskan untuk melempar bola itu kembali ke Ion. Tanpa sengaja, bola itu meluncur sempurna menuju gawang kecil di ujung lapangan. Ion melotot terkejut, “Wow, kamu malah lebih jago daripada aku!”
Ashwa hanya tersenyum malu, “Mungkin cuma kebetulan.”
Hari demi hari, Ashwa dan Ion mulai menghabiskan waktu bersama. Ion, dengan segala keceriaannya, mengajak Ashwa untuk mencoba hal-hal baru—berlari di pagi hari, bermain bola ringan, bahkan sekadar berjalan-jalan di taman sambil membicarakan kehidupan.
Suatu pagi, setelah beberapa minggu menjalani rutinitas yang sama, Ion mengalami kecelakaan di lapangan sepak bola. Ia terjatuh keras setelah bersaing memperebutkan bola, dan kepalanya membentur tanah dengan keras. Ashwa yang kebetulan ada di sana langsung berlari mendekat.
“Ion! Kamu tidak apa-apa?” teriak Ashwa, panik.
Ion hanya menggelengkan kepalanya, matanya terlihat kosong, bingung. “Rasanya... aku tidak ingat apa-apa,” katanya dengan suara lemah.
Ashwa menatapnya dengan khawatir. “Apa yang kamu maksud? Kamu cuma pusing, kan?”
Ion memegangi kepalanya. “Tidak, Ashwa... aku lupa... semua ingatanku tentang pertandingan ini hilang. Aku merasa kosong.”
Ashwa memegang tangan Ion, merasa panik sekaligus bingung. “Jangan khawatir. Kita akan cari cara untuk membuatmu pulih.”
Hari-hari berlalu, dan Ion mulai mengalami kehilangan ingatan jangka pendek. Setiap kali ia berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya, ada kekosongan yang besar. Namun, Ashwa tetap berada di sampingnya, mendampinginya dalam setiap langkah kecil untuk memulihkan ingatannya. Mereka mulai menjalani rutinitas baru, sebuah kebiasaan yang bisa membantunya kembali ke kehidupan semula.
"Ion, ingat tidak waktu kita pertama kali bertemu? Saat bola sepak itu melayang ke arahmu?" tanya Ashwa suatu pagi, mencoba membangkitkan kenangan Ion.
Ion menggelengkan kepala. “Aku hanya ingat... kamu yang menangkap bola itu dan melempIonnnya kembali ke gawang.”
Ashwa tersenyum. "Yah, kamu sudah melupakan banyak hal, tapi tidak apa-apa. Kita akan mulai dari awal. Coba bangun lebih pagi besok, lakukan hal-hal yang sederhana dulu. Mungkin itu bisa membantu mengembalikan ingatanmu.”
Ion hanya mengangguk lemah, namun matanya menunjukkan sedikit harapan.
Dengan bantuan Ashwa, Ion mulai berlatih kebiasaan baru. Mereka mulai bangun pagi-pagi sekali, berolahraga bersama, menikmati sarapan sehat, dan berusaha menjaga pola hidup yang seimbang. Setiap kali Ion merasa cemas atau frustasi karena ingatannya yang hilang, Ashwa selalu ada di sana untuk mengingatkan bahwa hidup ini lebih dari sekadar ingatan—ini tentang setiap langkah yang mereka ambil bersama.
“Pagi itu adalah waktu terbaik untuk memulai segala sesuatu,” kata Ashwa suatu pagi sambil tersenyum, "Jangan khawatir jika ingatanmu tidak sepenuhnya kembali. Yang penting adalah kita membangun kebiasaan baik bersama-sama."
Ion melihatnya dengan penuh rasa terima kasih. “Aku merasa seperti... kita membangun kembali hidup ini bersama. Terima kasih, Ashwa.
Setelah berbulan-bulan berjuang dan bekerja keras, Ion akhirnya kembali ke lapangan sepak bola, namun kali ini ia merasa lebih tenang. Kebiasaan baru yang ia jalani bersama Ashwa membuatnya merasa lebih kuat. Tidak hanya fisik, tetapi juga mentalnya. Ia berhasil menaklukkan ketakutan dan rasa cemas yang selama ini mengganggunya.
Pada pertandingan final kejuaraan sepak bola antar sekolah, Ion mencetak gol kemenangan bagi timnya. Tapi yang paling mengharukan, bukan hanya kemenangan itu, tetapi kebiasaan yang mereka bangun bersama—rutinitas pagi, olahraga, kebiasaan makan sehat, belajar bersama, dan yang terpenting, persahabatan yang tak terpisahkan.
Setelah pertandingan, Ion menghampiri Ashwa. "Aku ingat sekarang. Semua yang terjadi, kita melaluinya bersama. Ini adalah kemenangan kita."
Ashwa tersenyum, matanya berbinar. “Kadang, kita perlu kehilangan untuk bisa menemukan apa yang benar-benar penting. Dan aku senang kita berhasil menemukannya.”
Tahun demi tahun berlalu, namun Ion dan Ashwa tetap menjalani kebiasaan yang mereka bangun bersama. Mereka tidak hanya berhasil mencapai cita-cita mereka, tetapi mereka juga menemukan makna hidup yang sejati. Kebiasaan baik yang mereka jalani bersama bukan hanya tentang prestasi, tetapi tentang bagaimana mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih bijaksana.
Dalam hidup, kita sering kali terjebak dalam pencapaian atau memori yang kita miliki. Namun, terkadang kita harus kehilangan beberapa hal untuk menemukan jalan yang benar. Kebiasaan baik, meskipun terlihat sederhana, memiliki kekuatan untuk mengubah hidup kita menjadi lebih bermakna. Ingatlah, kebahagiaan dan kesuksesan bukan hanya tentang tujuan, tetapi tentang bagaimana kita menempuh perjalanan itu dengan penuh makna dan ketulusan.
Post a Comment for "Jejak yang Hilang di Langit Merah by Alhaya Danyah Putri Ilham"